26 April 2009

SISTEM PERTANAMAN DI CIPUTAT, TANGERANG


Oleh: Nahda Kanara


Pendahuluan

Kecamatan Ciputat termasuk dalam wilayah Kabupaten Tangerang Propinsi Banten, saat ini merupakan daerah penghubung antara 3 propinsi yaitu Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat maka tidak heran Kecamatan Ciputat berkembang begitu pesatnya, pemukiman dan perumahan penduduk yang terus bertambah, laju pertumbuhan ekonomi dan usaha makin meningkat (Alien, 2005).

Lahan pertanian di Ciputat dalam jangka waktu yang cepat telah berubah menjadi daerah pemukiman. Lahan yang milik penduduk yang umumnya masih ada merupakan lahan yang berada di sekeliling rumahnya yang dibatasi oeh pagar dengan milik tetangga. Banyak lahan yang masih bisa ditanami tersebut telah berubah fungsinya dari lahan untuk produksi tanaman pangan dan hortikultura menjadi pekarangan dan taman yang bertujuan untuk keindahan.

Dengan adanya tuntutan keindahan dari masyarakatnya, para penduduk telah membuat pekarangan mereka menjadi taman. Selain taman yang terdapat di perumahan, taman juga dibangun instalasi pemerintah, bank-bank, dan pusat kegiatan lain dengan tujuan yang sama, yaitu keindahan. Namun ada pula penduduk yang memanfaatkan sebidang tanah mereka menjadi pekarangan yang ditanami tanaman hortikutura. Tanaman yang dipilih biasanya merupakan tanaman obat, tanaman hias, tanaman sayuran dan tanaman buah yang hasil produ tanaman itu dapat mereka konsumsi sendiri.

Walau amat sedikit, masih ada juga sebidang tanah yang dijadikan lahan perkebunan. Kebun tersebut biasanya di daerah yang lebih jauh dari perbatasan kota yang sulit dijangkau kendaraan umum. Kebun di Ciputat tidak seperti perkebunan di daerah yang umumnya amat luas. Kebun di Ciputat lebih sempit, kurang dari 1 Ha, walau ditanamai tanaman perkebunan dengan manajemen kebun. Biasanya tanaman yang dipilih untuk kebun kecil ini adalah tanaman buah seperti mangga dan rambutan.

Sistem Pertanaman di Ciputat

Tipe pertanaman yang terdapat di Ciputat ini adalah pekarangan, taman dan perkebunan kecil. Tipe-tipe pertanaman itu terjadi karena adanya pengaruh sosial dan berkurangnya lahan pertanian. Dari pernyataan warga sekitar, di Ciputat dulu merupakan daerah dengan lahan perkebunan, peternakan dan perikanan. Dengan membludaknya penduduk Jakarta maka tanah di Ciputat banyak yang dibeli warga Jakarta dan dijadikan perumahan.

Pekarangan adalah sebidang tanah dengan batas-batas tertentu yang ada bangunan tempat tinggal di atasnya dan mempunyai hubungan fungsional baik ekonomi, biofisik maupun sosial budaya dengan penghuninya (Hartono, 1986). Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga (Deptan, 2002)

Pekarangan ini ditanami tanaman secara tidak beraturan tanpa jarak tanam tertentu. Pemilik rumah menanami pekarangannya tanpa memperhatikan lebar perakaran dan atau lebar tajuk terluar yang mempengaruhi kompetisi memperebutkan hara tanah dan penaungan. Interaksi tanaman satu dengan tanaman lain juga tidak begitu diperhatikan. Kompetisi dan allelopati tidak begitu dipermasalahkan karena tujuan mereka menanami pekarangan bukanlah untuk tujuan ekonomi tapi untuk konsumsi sendiri.

Ada juga warga yang memanfaatkan lahan yang mereka miliki untuk dijadikan taman. Biasanya warga yang memiliki taman yang benar-benar dirawat adalah mereka yang memiliki keadaan ekonomi menengah keatas. Hal ini dikarenakan perawatan taman yang baik, apalagi bila mencangkup area yang luas, tidaklah murah dan harus memiliki perhatian yang cukup terhadap taman ini.

Pekarangan yang sudah ditata menjadi taman ini telah memiliki tujuan sendiri yaitu keindahan dan keserasian. Pada sistem taman, tanaman ditanam dengan jarak tertentu dari tanaman satu dengan tanaman yang lain. Namun tujuan penerapan jarak tanam ini berbeda dengan sistem pertanian pada umumnya. Pertanian pada umumnya mengatur jarak tanam tertentu antar tanaman untuk meningkatkan hasil produksi. Sedangkan pada taman, pengaturan jarak tanam diterapkan untuk meningkatkan keindahan, agar sedap dipandang mata.


Selain pekarangan yang ditanami tanaman hortikultura dan pekarangan yang ditata menjadi taman, di Ciputat juga masih terdapat kebun-kebun kecil. Kebun ini ditanami tanaman buah dengan tujuan ekonomi. Dengan luas lahan yang tidak begitu besar dan hanya dapat menampung 10 - 20 pohon mangga dewasa maka pendapatan pemilik kebun itu tidak begitu besar. Hal ini tidak begitu dipermasalahkan karena biasanya pemilik kebun memiliki pekerjaan utama yang lain.

Pada perkebunan ini biasanya dipakai prinsip multiple cropping yaitu intensifikasi pertanaman dalam dimensi ruang dan waktu, menanam dua atau lebih jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. Karena kebun ditanami oleh pohon tinggi dengan lebar tajuk dan luas perakaran yang besar, maka tipe multiple cropping yang bisa dipilih adalah sistem tanaman sela. Tanaman sela biasnya memiliki habitus yang lebih rendah dari tanaman utama seperti cabai, singkong, terung dan tanaman lain yang dapat dimanfaatkan untuk dikonsumsi sehari-hari.

Pekarangan dan perkebunan di Ciputat tidak memiliki pest management dan sistem pemupukan yang baik. Tanaman yang terserang OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dibiarkan saja atau paling tidak, bagian tanaman yang menunjukkan gejala penyakit dibuang. Pemberian pupuk pun jarang dilakukan. Untuk tanaman hias, pupuk yang diberikan biasanya adalah daun yang disemprot dengan botol spray dengan waktu pemberian yang kurang diperhatikan. Dan untuk tanaman tinggi biasana hanya dengan pupuk organik yang berasal dari daun-daun kering yang rontok yang kemudian dibakar atau pupuk kandang. Kualitas pupuk kandang ini pun tidak diperhatikan.

Pada taman di perumahan mewah atau kantor-kantor, pest management dan sistem pemupukan dilakukan dengan baik karena bila tanaman terserang penyakit atau kekurangan hara maka tanaman akan terlihat tidak segar dan kurang indah lagi. Pemupukan taman biasanya dilakukan secara berkala dan kontinu. Dan bila tanaman terserang penyakit, langsung diberi penanganan baghakn pestisida bila perlu. Selain itu, pada taman juga dilakukan pemangkasan yang bertujuan untuk menjaga bentuk tanaman di taman supaya keindahan tetap terjaga.

Untuk pengairan, pekarangan dan taman benar-benar dilakukan dengan teratur, biasanya di pagi dan atau sore hari. Sedangkan untuk kebun tidak begitu dilakukan dengan baik kecuali ada orang yang menjaga kebun tersebut. Pemilik kebun, kecuali yang rumahnya dekat dengan kebun tersebut, biasanya datang ke kebun dalam waktu tertentu saja seperti sekali seminggu.

Karena sistem pertanaman yang ada di Ciputat cenderung kepada pertanaman campuran maka di Ciputat tidak ada komoditas utama daerah yang diunggulkan. Hasil pertanian yang dijual di pasar Ciputat sebagian besar datang dari daerah lain.

PUSTAKA

Alien, K.H. 2005. http://www.walhi.or.id/kampanye/psda/050616_perpres36_ciputat_sp/. Diakses tanggal 12 November 2005.

Departemen Pertanian. 2002. Pedoman Umum Pemanfaatan Pekarangan. http://iptek.apjii.or.id/artikel/pangan/DEPTAN/materi_pendukung/Pedum%20Pengembangan%20Pekarangan.htm. Diakses tanggal 12 November 2005

Hartono, S., Soenadji, Siswandono, Harsono & H. Danoemstro. 1985. Laporan Survei Kecamatan Turi. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Kerjasama dengan Dinas Pertanian DIY.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar